Seputar kerajaan Majapahit

Bukti Kejayaan Majapahit di Kalimantan

Majapahit Prana. Mengenai penundukkan beberapa tempat di Tanjung Pura atau Kalimantan terdapat pemberitaannya dalam Sejarah Dinasti Ming (W.P. Groeneveldt, Notes on the Malay Archipelago and Malaca, compiled from Chinese sources, halaman 112-113), yang kiranya dapat dipercaya sebagai berikut :

"Kaisar mengeluarkan pengumuman tentang pengangkatan Hiawang sebagai Raja Pu-ni untuk menggantikan ayahnya. Hiawang dan pamannya konon memberitahukan bahwa kerajaannya setiap tahun mempersembahkan upeti sebanyak 40 kati kapur barus kepada raja Jawa (Majapahit). Mereka mohon agar kaisar suka mengeluarkan pengumuman tentang pembatalan upeti itu, agar upeti itu dapat dikirim ke istana kaisar ......."

Majapahit Prana

Pu-ni biasa disamakan dengan Brunei, di bagian Barat Kalimantan. Demikianlah Brunei itu menjadi negara bawahan Majapahit pada pertengahan kedua abad empatbelas. Hal itu sesuai dengan pemberitaan Negarakretagama pupuh XIV/1 yang menyebut Barune. Penyebutan Kutei, bagian Timur Kalimantan, terdapat dalam pupuh XIII/1 sebagai Tanjung Kutei. Hubungan antara Kutei dengan Majapahit diberitakan dalam Silsilah Kutei (Silsilah Kutei diterbitkan oleh Dr. C.A Mees sebagai thesis Universitas Leiden di bawah judul De Kroniek van Kutei, Santpoort, 1928), seperti berikut ini :

Kemudian Maharaja Sultan dan Maharaja Sakti berangkat ke Majapahit untuk mempelajari tatanegara Majapahit. Ikut bersama mereka adalah Maharaja Indra Mulia dari Mataram. Tersebut perkataan Maharaja Sultan dua bersaudara di Majapahit. Mereka diajarkan tata cara di keraton dan adat yang dipakai oleh segala menteri. Tidak beberapa lama mereka pun kembali ke Kutei. Sebuah keraton yang menurut cara Jawa pun didirikan. Sebuah pintu gerbang yang dibawa pulang dari Majapahit dijadikan hiasan keraton ini.  

Dongengan di atas jelas mengingatkan hubungan antara Kutei dan Majapahit yang mungkin bertarikh dari pertengahan abad empatbelas, masa kejayaan Majapahit.

Hubungan Banjar dan Kota Waringin di Kalimantan Selatan dengan Majapahit diberitakan dalam Hikayat Banjar dan Kota Waringin (Hikayat Banjar dan Kota Waringin, diterbitkan oleh Dr. A.A Cense sebagai thesis Universitas Leiden di bawah judul De Kroniek van Bandjarmasin, Santpoort, 1928; dan oleh Dr. J.J Ras dibawah judul Hikayat Banjar, The Haque, 1968) dalam bentuk perkawinan antara puteri Junjung Buih, anak pungut Lembu Mangurat dan Raden Suryanata dari Majapahit seperti berikut :

Adapun raja Majapahit itu sesudah beroleh anak yang keluar dari matahari ini, masih beroleh enam anak lainnya dan negeri pun terlalu makmur. Maka pada keesokan harinya Lembu Mangurat pun berangkat ke Majapahit dengan pengiring yang banyak sekali. Sesampainya di Majapahit, Lembu Mangurat diterima dengan baik. Permintaan Lembu Mangurat akan Raden Putra sebagai suami puteri Junjung Buih juga dikabulkan. Maka kembalilah Lembu Mangurat ke negerinya. Pesta besar-besaran diadakan untuk mengawinkan puteri Junjung Buih dengan Raden Putra. Sebelum perkawinan dilangsungkan, suatu suara ghaib meminta Raden Putra menerima mahkota dari langit. Mahkota itu yang akan meresmikan Raden Putra menjadi raja secara turun-temurun. Hanya keturunannya yang diridhai Allah yang boleh memakai mahkota itu. Maka pesta perkawinan pun berlangsunglah. Adapun nama Raden Putra yang sebenarnya adalah Raden Suryanata, yang artinya Raja Matahari.

Makam dari ke tujuh putera raja Majapahit ini bisa jadi masih ada di wilayah Trowulan, Mojokerto, seperti gambar di bawah ini.

Wilayah di sebelah Timur Pulau Jawa.

Mengenai pulau-pulau di sebelah Timur Jawa, pertama-tama disebut pulau Bali, yang ditundukkan pada tahun 1343, berikut pulau Lombok atau Gurun, yang dihuni oleh suku Sasak. Kedua pulau ini hingga sekarang menunjukkan adanya pengaruh kuat dari Majapahit, sehingga penguasaan Majapahit atas Bali dan Lombok tidak diragukan lagi.

Kota Dompo yang terletak di pulau Sumbawa menurut Negarakretagama pupuh LXXII/3 dan Pararaton ditundukkan oleh tentara Majapahit di bawah pimpinan Mpu Nala pada sekitar tahun 1357. Penemuan Piagam (prasasti) Jawa dari abad empatbelas di pulau Sumbawa (G.P Rouffaer, Notulen van de Directie-vergaderingen van het Bataviaasch Genootschap, 1910, hal. 110-113; F.H van Naersen "Hindoe-Javaansche oeverblijfselen op Sumbawa", T.K.N.A.G, 1938, hal. 90), memperkuat pemberitaan Kitab Negarakretagama dan Pararaton di atas, sehingga penguasaan Jawa (Majapahit) atas pulau Sumbawa tidak dapat disangsikan lagi. Piagam atau prasasti tersebut adalah satu-satunya yang pernah diketemukan di kepulauan di luar Jawa. Rupanya Dompo dijadikan batu loncatan bagi Majapahit untuk menguasai pulau-pulau kecil lainnya di sebelah Timur Jawa sampai Wanin di pantai Barat Irian. Berbeda dengan di Sumatera dan Kalimantan, di daerah sebelah Timur Jawa, kecuali Bali dan Lombok, tidak terdapat hikayat-hikayat daerah, oleh karenanya juga tidak terdapat dongengan tertulis tentang hubungan Majapahit dengan daerah-daerah tersebut.

Demikian uraian Majapahit Prana tentang kejayaan Majapahit di wilayah Nusantara.

Tag : informasi
0 Komentar untuk "Bukti Kejayaan Majapahit di Kalimantan"

Silahkan berkomentar, jaga tata krama dan kesusilaan, jangan menuliskan link hidup pada kotak komentar. Maaf bilamana terjadi keterlambatan balasan komentar anda

Back To Top